Sep 16, 2009

Mahkotaku direnggut di Salon Student

Kalau kawan-kawan lihat, baca dan dengar di media-media akhir-akhir ini. Kawan-kawan akan ditujukan istilah baru nan indah & keren ketika kita mengucapkannya tiap lafadz nya. Adalah bagi kaum adam yang hobi bersolek atau me-ngeluh-eluh kan bodynya yaitu pria METROSEKSUAL. Kawan,demam metroseksual bukannya dihinggapi oleh pria-pria perkotaan saja, namun pria-pria gentleman dari pelosok desa pun telah terkena wabah ini termasuk saya. Hidup dibawah kaki pegunungan Pacet(lebih tepatnya desa Brangkal) benar-benar jauh dari sumber Informasi, namun tak melunturkan semangat saya sebagai pria paling metroseksual di didesa tersebut. Dan tentu saja ada beberapa bagian bodyku yang memang menurutku perlu perawatan extra, karena jika pada bagian ini ada yang kurang berkenan menurut saya maka krisis kepercayaan diri bisa melanda.

Bagian body yang paling menarik menurut saya pribadi bersama rekan sejawat dan handai tolan adalah rambut. Mulai rambut kaki hingga rambut kepala selalu mendapat perhatian extra dari saya. Setiap hari harus dipastikan rambut saya dalam keadaan BERIMAN (Bersi, Indah dan Nyaman). BTW soal rambut pasti g jauh jauh dengan masalah uban. Tapi untuk masalah uban ini saya bersama soulmate sangat sepertinya sudah sangat kompak dalam menghadapi marabahaya dari serangan uban. Jangankan uban di kepala, uban yang tumbuh dikaki pun bisa segera terlacak dan segera tertutupi oleh semir rambut HITOP.

Dihari minus 7 lebaran ini, normalnya para Orang tua, anak, sanak family bingung mempersiapkan penampilan terbaik dengan memakai pakaian baru. Ada yang sudah membeli satu set pakaian idul fitri untuk meniru gaya berbusana Ustad Yusuf mansur, Arifin Ilham bahkan Zainudin MZ bahkan ada seorang isrti yang memaksa suaminya memakai baju dan kacamata coklat agar mirip ust.UJEK. Untuk wanita sudah bersiap melakukan Copy Paste gaya berbusana Saskia meca ( Meca beling, meca watu ???). Anak-anaknya pun sudah dipersiapkan baju sedemikian hingga mirip Tarzan Cilik.

Namun itu semua tidak masalah bagi saya bersama soulmate. Bagi saya rambut masih nomer satu untuk menentukan segalanya. Bagi saya yang menjadi masalah adalah, di desa Brangkal saya kesulitan untuk menemukan salon yang tepat bagi perawatan rambut dihari minus 7 lebaran ini. Setelah berdiskusi bersama soulmate kami memutuskan untuk ke KUTHO (sebutan "kota" yg biasa dipakai istri saya) Mojokerto untuk mencari salon yang tepat menurut saya. setelah berpusing-pusing (malaysia banget) dan mengunjungi satu per satu salon untuk survei. Kami memutuskan SALON STUNDENT lah yang berhak melakukan perawatan rambutku. Ada alasan kawan jika salon Student ini kami pilih, dari namanya saja SALON STUDENT telah mencerminkan bahwah salon tersebut telah Go Internasional. Selain itu suasananya juga sepi jadi menurut saya hanya orang-orang yang punya kelas lah yang bisa masuk salon ini.

Saya duduk dikursi dan segera dilayani kapster.
kapster, "Mau apa mas?"
saya, "Apa-apa mau"
Kaspter,"Maksud saya mau potong rambut,krimbat atau rebonding?"
Saya, "Rebonding dari hongkong, saya mau potong rambut mbak"
Kapster, "Ooo.. Ok, silakan keramas dulu disini"
Saya, "Sebelum kesini tadi saya sudah mandi junub mbak,jadi g usah saja ya?"
Kapster, " Ya sud, rambutnya dibasahin dulu"

Setelah membasahi rambut, saya dipersilakan duduk di bangku eksekusi

Kapster, " Mau potong model apa mas"
sambil bingung krn sama sekali tidak ada gambar model rambut layaknya salon Go Internasional lain saya menjawab "Rapikan aja mbak, modelnya sperti ini. Potong 3 Cm dari atas"
kapter, "Oooo rata 3cm ya mas"
Saya, "Iya"

Segera kaspter mengeluarkan alat potong rambut, tapi yang menjadi pertanyan saya kenapa dia tidak mamakai gunting seperti biasanya rambut saya dipotong ditempat lain? Bahkan poster model rambut di dinding aja juga tidak ada. Namun karena bulan ini adalah bulan Ramadhan kayaknya g baik klo berburuk sangka kepada orang lain. Jadi saya biarin saja sang kaspter beraksi.
Kapster dengan mantap mendaratkan mesin pencukur rambut di kepala saya
Greeeeeeeeeeeeeeett Greeeeeeeeeeeeeeett (ilustrasi suara mesin pencukur rambut)
Saya lihat kedapan, hanya bisa tersenyum kecut dan sangat kecut hingga air liur terasa penuh dimulut saya. Namun saya hanya bisa pasrah, krn rambut saya benar-benar tersisah 3cm. Saya lihat dari pantulan kaca, Istri saya mengengernyitkan dahinya tanda dia juga prihatin dengan nasip yang dialami suaminya.

Potong sudah selesai dan buru-buru membayar
saya, "berapa mbak"
kaspter, "10 ribu mas" dalam hati saya, kok lebih mahal 3000 dari salon yang biasa saya datengin
Segera saya bersama soulmate pergi karena, tak kuat menahan tawa melihat potongan rambut saya. sampai dirumah, kami sedikit menyesali tentang keprihatinan yang saya alami. Namun tetap berbesar hati karena saya mampu membahagiakan orang-orang karena setiap istri / mertua melihat potongan rambut saya mereka selalu tertawa. Bahkan mertua sempat mengeluarkan kata bijak "IKU POTONGAN KOK KOYOK BUNTUTE URANG"(itu potongan kok kayak ekornya udang)

Pesan moral yang isa diambil dari kejadian ini adalah
1. Jangan pernah menganggap keminggris itu lebih baik
2. Jika ada pilihan lain sebaiknya anda coba salon mahasiswa atau salon dosen (mungkin lebih baik)
3. Jika anda seorang suami yang menginginkan Istri dan mertua bahagia cobalah potong rambut di salon student

1 comment:

Heru Prasetyo said...

hahhaa lucu mas, pengalaman unik nih kayaknya